PALU, FILESULAWESI.COM – Kepala Sekolah (Kepsek) SMKN 3 Palu, Hamka, memiliki cara sendiri dalam menangani persoalan anak didiknya dalam meningkatkan kedisiplinan, keramahan serta meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
BACA JUGA: Pelaksana Proyek Diberi Batas Addendum Terakhir Tanggal 15 November 2025
Salah satu upaya itu ialah bagaimana menghilangkan stigma negatif terhadap siswa SMKN 3 Palu yang dahulunya dikenal dengan wajah atau identik dengan tawuran.
BACA JUGA: Wakil Gubernur Reny Pimpin Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ke-60
Menurutnya, dalam membina anak-anak atau peserta didik diperlukan kerja keras oleh semua pihak. Baik itu orang tua siswa, peran dari guru, Guru BP, serta lingkungan yang kondusif.
“Alhamdulillah, saat ini siswanya semakin menunjukkan sikap sopan dan menghargai guru,” kata Hamka, kepada Filesulawesi.com, saat ditemui di ruangannya, Rabu (1/10/2025) siang.
“Sekarang mereka kalau ketemu guru jabat tangan dan ucapkan salam,” kata Hamka melanjutkan.
Kemudian, memang ia tidak memungkiri terhadap dinamika di kalangan siswa, yang memiliki cara pandang atau prilaku yang berbeda-beda.
Diantaranya ialah sebagaimana yang ia kemukakan belum lama ini ada kejadian di kelas, terjadi kesalahpahaman diantara sesama anak didik.
Tentu ini ditengarai akibat dari bermain kartu di dalam kelas, yang mengakibatkan pertikaian atau perkelahian sesama anak didiknya.
“Main kartu, baku badiri, terus sudah diproses juga sama Guru BP,” sebutnya.
Olehnya itu ia mengingatkan, agar siswa dalam menyalurkan bakatnya dengan menggunakan energi yang positif.
“Jangan sampai berlebihan. Siswa yang terjerat narkoba saja dibina, apalagi kejadian kecil seperti ini. Sekolah sebagai tempat memperbaiki karakter,” sebutnya lagi.
Sementara itu, Koordinator Guru Bimbungan Penyuluhan (BP) SMK 3 Palu, Nengah Subagya, menjelaskan bahwa insiden itu berawal dari kesepakatan permainan sederhana.
“Yang kalah harus keluar kelas. Cuma ada yang tidak mau, dari situlah terjadi kesalahpahaman. Padahal mereka ini berteman baik, bahkan satu kelas,” katanya.
Pihak sekolah segera menengahi peristiwa tersebut dengan menghadirkan orang tua siswa.
“Sudah berdamai, cuma sempat muncul di media sosial. Makanya kita undang orang tua dan kita mediasi bersama,” jelas Nengah.zal