MOROWALI, FILESULAWESI.COM – Yayasan Tanah Merdeka menggelar sebuah aksi solidaritas bertajuk “Ironi HAM, Demokrasi, dan Kerusakan Lingkungan Hidup” pada 27 Juli 2025 di Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
BACA JUGA: MKKS SMA Digelar di SMAN 4 Palu, E-Rapor dan ANBK Jadi Topik Pembahasan
Acara ini dihadiri berbagai elemen gerakan, mulai dari serikat buruh seperti SPIM, SPIS, SPN, SBIMI, hingga organisasi Gerakan Revolusioner Demokratik. Aksi ini menjadi ruang temu yang penting di tengah situasi yang terus memburuk akibat eksploitasi industri tambang di wilayah tersebut.
Berbeda dari aksi formal pada umumnya, kegiatan ini juga diisi dengan berbagai bentuk ekspresi kebudayaan. Ada pembacaan puisi, penampilan stand up comedy, serta lapak buku dan zine yang menyuguhkan alternatif narasi dan informasi. Suasana yang diciptakan bukan hanya tentang protes, tapi juga tentang merawat harapan dan menyuarakan perlawanan melalui medium yang lebih dekat dengan keseharian.
BACA JUGA: Program Gerakan Pangan Murah Digelar di Kota Palu
Peserta dari Gerakan Revolusioner Demokratik, Putra, mengangkat kembali isu-isu yang selama ini berulang tapi tak kunjung selesai—soal hak asasi manusia, kerusakan lingkungan, dan minimnya ruang demokrasi. Morowali, khususnya Bahodopi, menyimpan luka-luka yang terus menganga. Dari pencemaran udara yang menyebabkan ISPA, hingga penggusuran dan pembiaran atas dampak sosial-ekologis yang meluas, warga dibiarkan berjuang sendiri di tengah impunitas perusahaan.
Di sisi lain, nasib buruh tak kalah tragis. Mereka bekerja dalam kondisi yang jauh dari aman, dengan risiko tinggi terkena penyakit akibat kerja dan minimnya jaminan keselamatan. Berbagai kecelakaan kerja yang terjadi memperlihatkan bagaimana lemahnya pengawasan dan tanggung jawab perusahaan terhadap para pekerja. Semua ini berlangsung di hadapan negara yang justru tampak absen.
Aksi ini bukan sekadar bentuk protes satu kali, melainkan langkah awal untuk membangun kesadaran kolektif. Dalam ruang ini, muncul semangat baru untuk terus merawat solidaritas, menyatukan langkah, dan menyusun strategi ke depan. Keadilan tak akan datang dengan sendirinya—ia harus diperjuangkan secara terus-menerus, bersama-sama.
Harapannya, aksi seperti ini tidak berhenti di Labota saja. Perlu ada keberlanjutan, perlu ada gelombang baru yang terus menyuarakan suara-suara yang selama ini dibungkam. Kampanye, aksi, dan kerja-kerja kolektif harus terus dilangsungkan sampai hak rakyat, hak atas lingkungan hidup yang layak, serta martabat buruh benar-benar dihormati dan ditegakkan.(***)
Narahubung:
Richard [081342223872]