Anleg DPRD Kota Palu Beri Masukan, Bangun Museum Likuefaksi Eks Balaroa dan Petobo

Anggota DPRD Kota Palu dari Daerah Pemilihan (Dapil) Palu Barat-Ulujadi, Muslimun
Anggota DPRD Kota Palu dari Daerah Pemilihan (Dapil) Palu Barat-Ulujadi, Muslimun. FOTO: Mohammad Rizal/Filesulawesi.com

PALU, FILESULAWESI.COM – Salah satu ungkapan menarik dan menggugah hati ialah bagaimana jika sebaiknya Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, membangun Monumen atau Museum Likuefaksi di lahan Eks Likuefaksi di kelurahan Balaroa atau di kelurahan Petobo.

BACA JUGA: Direktur RSUD Undata Apresiasi Kehadiran Fakultas Kedokteran Unismuh Palu

Bacaan Lainnya

Ungkapan tersebut disampaikan Anggota DPRD Kota Palu dari Daerah Pemilihan (Dapil) Palu Barat-Ulujadi, Muslimun, saat bertemu langsung dengan awak media ini, setelah menyelesaikan sholah zuhur berjamaah, di kantor DPRD Kota Palu, Senin (13/10/2025) siang.

Bincang sederhana menjadi bincang menarik, karena yang dibahas ialah bagaimana mengoptimalkan, memanfaatkan, lahan eks likuefaksi khususnya di kelurahan Balaroa maupun di Petobo, bisa bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

BACA JUGA: Komnas HAM Sulteng: Kematian Sopir Truk di Poboya, Aparat Harus Transparan dalam Investigasi

Menurutnya, bencana Likuefaksi sangat jarang terjadi di Indonesia. Jika ada museum Likuefaksi, tentu banyak mendatangkan para peniliti untuk belajar, menemukan teori-teori serta pula ikut mendatangkan banyak wisatawan ke Kota Palu.

“Kalau mau dijadikan Museum secara nasional kenapa tidak. Balaroa dan Petobo belum ada Monumen yang bisa kita kenang. Kenapa pentingnya Monumen itu, agar orang kalau mau belajar likuefaksi datang ke Palu,” kata Muslimun kepada redaksi Filesulawesi.com.

“Itu bisa dijadikan studi. Pertanyaannya sekarang kan belum ada, yang ada saat ini cuman taman likuefaksi di Sigi, tetapi di Palu, apa?,” katanya melanjutkan.

Ia kemukakan lebih detail diantaranya sejumlah manfaat jika ada inisiatif dari pemerintah yang muncul atas sebahagiaan lahan dijadikan monument Museum Likuefaksi.

Teman-teman wartawan punya banyak cerita, banyak hasil foto, itu bisa dipajang di Museum Likuefaksi. Kedua, banyak peninggalan-peninggalan Likuefaksi itu boleh dipajang.

“Pajangnya buat apa, buat kita mengenang kembali, bahwa Palu sempat dilanda Likuefaksi. Nah sekarang pertanyaan besarnya, baik memang kalau ada dorongan masyarakat sehingga ini memicu pemerintah untuk segera mengambil inisiatif dan kebijakan apa kira-kira yang tepat untuk dibuat disana. Kita masuk zona merah ring satu, harusnya ada museum,” urainya.

“Likuefaksi sangat jarang terjadi di Indonesia. Orang banyak belajar di kita, tetapi literatur-literatur soal itu kan. Kalau kita punya museum, ada yang bisa kita suguhkan. Itu bisa menjadi daya tarik tersendiri buat kota Palu untuk bisa menarik para ilmuan mau belajar di Palu, termasuk menarik-menarik wisatawan lokal maupun wisatawan lainnya,” ungkap Muslimun, dari Fraksi Nasdem ini.

“Maksudnya begini, likuefaksi Balaroa dan Petobo ini bisa dijadikan satu ilmu baru buat akademisi untuk mau menciptakan teori baru. Sekarang kita tanya, dimana ada likuefaksi yang terjadi, tidak ada. Hanya ada di Balaroa dan Petobo, itu sangat jarang terjadi di Indonesia,” tambahnya meyakinkan.

Olehnya ia berpesan kepada pemerintah daerah, untuk tidak menutup mata dengan persoalan yang terjadi. Sebaiknya untuk bisa sesegera mungkin menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Eks lokasi Likuefaksi Balaroa maupun Petobo.

Mengingat, kejadian bencana ini sudah terbilang cukup lama, 28 September 2018, dan diketahui bersama bahwa lokasi Eks Likuefaksi merupakan zona merah, dilarang untuk tempat tinggal.

“Entah desainnya pemerintah mau buat taman, ayo duduk sama-sama dengan pemerintah, sehingga jelas arah lahan yang kosong itu supaya ini bisa bernilai guna,” harap Muslimun.zal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *