PALU, FILESULAWESI.COM – Irwan Lapatta, Bupati Sigi dua periode sejak dari 2016 hingga 20 Februari 2025, menanggapi beredar foto dirinya bersama dengan Sekda Sigi Nuim, dengan tulisan-tulisan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, beredar di media sosial hari ini.
BACA JUGA: Gubernur Anwar Hafid Tinjau Lokasi PT CPM di Palu
Dalam unggahan yang disebar di media sosial Facebook hari ini, dari Grup Forum Diskusi Kabupaten Sigi, salah satu akun memposting, mengisyaratkan bahwa Irwan Lapatta, memberi sinyal, mendukung Sekretaris Daerah (Sekda) Sigi, Nuim, untuk pencalonan Bupati Sigi tahun 2030 mendatang. Berikut isinya: Mendapatkan tempat (basis) di Sigi Barat dan direstui Ustad Husen bersama Irwan Lapatta, Insya Allah tidak ada halangan NUIM For Sigi 2030”. Di dalam postingan tersebut, tanpak foto Irwan Lapatta memegang (plakat-red) bersama Sekda Nuim.
BACA JUGA: Moderasi Beragama di Sulteng Menunjukkan Tren Positif Sepanjang Tahun 2025
Menanggapi atas sejumlah postingan di media sosial, Irwan Lapatta mengatakan, sebagai tokoh politik, sebagai tokoh masyarakat, ia mau kabupaten Sigi maju dan lebih baik lagi ke depannya.
Persoalan suksesi silahkan, siapa saja yang mau maju kedepannya tidak ada masalah. Akan tetapi, ia tidak pernah sama sekali menggiring atau mendorong seseorang, misalnya mempersiapkan apalagi mempersiapkan Sekda Sigi hari ini, untuk di kontestasi Pilbup Sigi tahun 2030.
“Pak Sekda Sigi ini sementara berkarier, tiba-tiba dengan adanya foto yang beredar, foto editan, saya tidak tahu siapa yang upload, dengan adanya foto yang beredar seakan digiring bahwa Pak Irwan Lapatta, Husen, mendukung ini untuk melawan petahana, itu tidak betul,” urai Irwan Lapatta kepada redaksi Filesulawesi.com, melalui telepon selulernya, Selasa (14/10/2025) sore.
“Ini foto editan, apalagi sampai ada tulisan seperti itu, itu tidak benar adanya. Foto itu ada yang sengaja mengambil dan mengeditnya,” bebernya.
“Saya pikir kalau ada yang mau maju sah-sah saja, silahkan. Tidak mungkin saya larang orang mau maju kan. Tetapi sekali lagi saya tidak pernah mempersiapkan orang seperti dalam foto. Apalagi saya sama pak Nuim ini sahabat, teman baik. Nah, saya jaga karier dia, apalagi misalnya tanda petik, kalau bupati itu pikirannya dalam bentuk biasa, positif, tidak naik pitan dan sebagainya, itu tidak masalah buat karir Nuim. Cuman tiba-tiba kalau bupati karakter cepat tersinggung, tiba-tiba naik pitan, tiba-tiba langsung menuduh, maka bahaya dan kasihan pak Sekda, Nuim,” katanya melanjutkan.
“Jadi, saya sebagai tokoh masyarakat Sigi tidak akan pernah menjerumuskan sahabat, teman seperti itu. Tetapi kalau ada yang mau maju, sah-sah saja, silahkan saja. Saya sebagai politisi berjiwa besar meskipun ada yang menfitnah, saya tidak persoalkan itu. Karena seorang pemimpin sudah harus siap menerima resiko, itu konsekuensi dan menjadi pilihan jalan hidup kita,” jelas Irwan Lapatta.
Menurutnya, dalam era kekuasaan politik dewasa ini, seorang pemimpin harus siap menerima apapun resikonya. Dalam tanda petik, harus seperti itu. Tidak boleh kecil hati, panik, apalagi langsung-langsung menuduh. Seorang politisi harus lebih tenang, tidak boleh tipis telinga.
Seorang pemimpin, ia menyarankan kembali, gelombang isu yang masif hari ini, dijadikan sebagai pelajaran positif. Teruslah berjiwa besar, berpikir maju dan positif. Memiliki komitmen yang kuat untuk membangun daerah kabupaten Sigi yang lebih baik lagi dari era pemerintahan sebelumnya.
Selain itu, di era pemerintahan hari ini, kepala daerah dituntut untuk lebih meningkatkan kinerja dan pelayanan maksimal kepada masyarakat Sigi. Khususnya sekaitan dengan perbaikan tata kelola perencanaan daerah (Bappeda), tata kelola keuangan dan aset (BPKAD), tata kelola administrasi dan Manajemen Kepegawaian (BKD) serta tata kelola pengawasan (Inspektorat).
Era politik hari ini menurutnya, telah pernah ia alami dimasa ia menjabat bupati Sigi pada periode pertamanya. Namun lama-lama setelah melihat situasi daerah, melihat politik, tentu yang dituntut itu ialah lebih banyak belajar dan mengurangi rasa ego.
Selanjutnya ia jabarkan, di dalam ruang politik pasti ada yang saling memanfaatkan. Artinya, sama dengan kalau dimana ada gula disitu ada semut. Kalau pikiran baik, Alhamdulillah, cuman kalau pikirannya tidak baik, maka yang terjadi sering mengumbar fitnah, menjatuhkan orang dan semacamnya.
“Saya mengutip pesan yang disampaikan oleh Sayyididina Ali RA. Ada tiga kondisi manusia yang disebut sebagai manusia yang sesungguhnya. Pertama, hal jika dia dekat dengan kekuasaan. Kedua, ketika dia mendapat jabatan. Dan yang ketiga, ketika dia menjadi orang kaya. Ketika dia dapat ketiga nilai ini, dia biasa-biasa saja, masih sama dengan sikap awalnya, tidak berubah, maka dialah manusia yang sesungguhnya,” katanya.
“Akan tetapi ketika dia berubah dengan kondisi seperti itu, dengan sesama orang dia sudah sewenang-wenang, tidak seperti sifat aslinya, maka disitulah manusia diuji. Maka disitulah kita bisa pastikan bahwa dia bukan manusia yang sesungguhnya,” katanya kembali.
Kemudian, untuk kontestasi Pilbup Bupati Sigi masih begitu panjang, masih begitu lama tahun 2030, belum waktunya membahas hal seperti itu.
“Saya ulangi kembali, saya tidak pernah mendorong apalagi Pak Sekda, Pak Nuim masih berkarier hingga sampai saat ini. Bisa saja ada yang orang punya kepentingan, memanfaatkan situasi ini, menjatuhkan pak Sekda, Pak Nuim,” sebut Irwan Lapatta.
“Kita hanya berharap kedepannya Sigi ini lebih baik lagi, lebih maju lagi di masa kepemimpinan Bupati Sigi hari ini dari masa kepemimpinan saya sebelumnya,” tutup Irwan Lapatta.zal