MAKASSAR, FILESULAWESI.COM – Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) III Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Makassar, menggandeng awak media asal Kota Palu, Kendari, Sorong dan Kota Manado atau disebut dengan wilayah Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua), berlayar diatas kapal PINISI, Sabtu (15/11/2025) sore hingga malam.
BACA JUGA: LPS Hadir Beri Perlindungan Jaminan Kepada Nasabah Bank
Sebanyak 25 awak media menelusuri sejumlah pulau dengan menikmati, mengelilingi keindahan Kota Makassar. Menggunakan kapal PINISI adalah salah satu Kapal pesiar, memiliki filosofi atau sejarah muasal dibuatnya kapal bernama PINISI saat ini.
Untuk mengetahui lebih detail terhadap awal mula pembuatan kapal PINISI. Adalah ia bernama Fadel, sebagai pemandu dan menceritakan kisah awal pembuatan kapal PINISI dihadapan awak media.
BACA JUGA: KPW III LPS Makassar Gelar Media Gathering 2025, Perkuat Sinergi dengan Media
Fadel, salah satu dari tujuh pemuda penggagas pembuatan Kapal PINISI, menceritakan asal muasal dibuatnya kapal PINISI dan hari ini sebagai kapal pesiar yang diakui oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Manusia yang Lisan dan Tak benda.
Ia memulai menceritakan, adalah tujuh anak muda yang melihat potensi wisata bahari yang dimiliki Kota Makassar. Dimana, Kota Makassar jika dilihat dari sisi udara, gugusan pulau-pulaunya itu berbentuk (mohon maaf, berbentuk sperma).
Jadi, setiap berapa menit kita berlayar, pasti kita menemukan pulau. Contoh, baru kita berlayar sekitar 30 menit dari dermaga tadi, sudah tiga pulau yang kita lewati.
Pertama pulau khayangan, Pulau Gusung dan ketiga Pulau Lae-Lae. Setelah itu kita lewati pulau Samalona, setelah pulau Samalona ada pulau Kodingarangkeke. Lalu ada pulau Baronglompo. Bergeser ke kiri ada pulau Kodingareng dan pulau Lanjukkan.
Jadi memang, Kota Makassar selain kaya akan dengan makanan, kulinernya yang enak-enak, juga gugusan pulau-pulaunya yang indah.
Dan Kota ini, pulau-pulau ini untuk mengobati tamu-tamu yang datang dengan estimasi waktu yang lebih cepat. Karena kami memiliki satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang sangat indah, di tempat kelahiran kapal PINISI, berasal dari kabupaten Bulukumba.
“Disana, di Bulukumba, satu kabupaten memiliki banyak sekali destinasi wisatanya,” kata Fadel kepada redaksi Filesulawesi.com.
Kami ingin menyampaikan juga, kenapa kapal PINISI ini lahir di tanah Bulukumba. Ini tertulis di surat naskah ILALIGO, yang ada di benteng Rotterdam, Belanda, karena sebuah kisah cinta yang indah.
Dimana, seorang pangeran dari tanah Luwuk (Palopo) bernama Sawerigading, jatuh cinta dengan adiknya sendiri. Dimana, kita suku bugis, kita katakan Pamali (larangan, pantangan), jika berhubungan sedarah atau ada ikatan kekeluargaan.
Fadel melanjutkan ceritanya, kenapa Sawerigading bisa jatuh cinta dengan adiknya karena dia bertemu ketika sudah dewasa. Sawerigading tidak tinggal dari kecil bersama adiknya bernama We Tenriabeng.
“Dari situlah asal muasal pembuatan kapal (belum disebut nama kapal PINISI),”cerita Fadel.
Selanjutnya, Orang tua dari Pengeran Sawerigading merekomendasikan bahwa di negeri China ada perempuan, parasnya yang menyerupai adikmu.
Maka, Sawerigading membuat kapal dengan nama kapal Pakdewakkang. Pakdewakkang adalah sebuah nama kapal kayu dengan satu tiang menjulang tinggi (kapal pinisi ada dua tiang menjulang tinggi).
Ketika hendak berlayar, Pangeran Sawerigading mengucapkan sebuah sumpah “Saya tidak akan lagi menginjakkan kaki saya di tanah leluhur ini karena sakit hatinya saya, cinta saya ditolak”.
Lanjut cerita, dari situlah Pangeran Sawerigading berlayar menuju China dan menemukan perempuan yang dimaksud oleh orang tuanya, bernama Wecudai. Wecudai kebetulan pada saat itu seorang pedagang di pasar.
Singkat cerita, dia menikah dan dikaruniai seorang anak yang bernama Lagaligu. Lagaligu adalah anak dari seorang pangeran Sawerigading
Namun, siapa sih yang pergi jauh dari rumah tidak rindu kampung halaman. Pangeran Sawerigading mengingkari sumpahnya. Janjinya yang dia katakan tidak akan kembali, ternyata dia kembali bersama kapal yang dia buat, bersama anak istrinya.
Naasnya, di perairan kepulauan selayar kabupaten Bulukumba, kapalnya dihempas oleh ombak dan terpecah menjadi tiga bagian.
“Tiga bagian inilah yang ditemukan oleh Pandretalopi. Pandretalopi adalah tukang yang membuat kapal. Makanya dulu dari kabupaten Bulukumba adalah Butta Pandre Talopi atau bumi pembuat kapal,” bebernya.
Di tiga desa terbesar sampai hari ini pembuatan kapal PINISI, berasal dari desa ARA, desa Lemo-Lemo dan Desa Tanah Tempo Bahari, Kabupaten Bulukumba.
Uniknya, dimanapun anda lihat kapal PINISI sampai diluar negeri pun, kalau bukan dibuat dari kabupaten BULUKUMBA berarti Pandretalopi-Nya yang didatangkan kesana untuk membuatnya. Itulah uniknya kapal PINISI.
Dan kenapa UNESCO mewariskan budaya tak benda kapal ini? kenapa bukan warisan budaya benda atau berwujud. Jawabnya, karena ketika kita membuat kapal PINISI, kita harus mengikuti beberapa prosesi atau upacara.
Contoh, dengan membuat kapal PINISI, kita buat dengan paling pertama upacaranya adalah upacara dengan pemotongan lunas. LUNAS adalah kayu panjang paling pertama kapal PINISI dari ujung haluan sampaing ujung buritannya.
Uniknya, bagian depan kayu LUNAS tersebut dipotong dan bagain belakang dipotong. Bagian depannya dibuang kelaut, bagian belakang dibawa pulang ke rumah sang pemilik kapal. Kenapa seperti itu, karena itu menggambagarkan sebagai laki-laki. Melaut, merantau, mencari nafkah pekerja keras. Yang menggambarkan sebagai seorang perempaun. Seorang perempuan sifatnya di rumah, bersolek, berdandan, memasak.
Dan sakralnya adalah dibagian kayu lunas tersebut dibor dan serbuk kayu bornya dimakan sama sang pemilik kapal. Dilubang kayu bor itu, kita masukkan benda-benda pusaka dengan tujuan menolak bala ketika kita hendak berlayar jauh
“Dan paling penting karakter kuat kapal PINISI, dua tiang penyangga. Dua tiang ini dimaknai sebagai dua kalimat syahadat. Tujuh layarnya, tiga di depan, dua di tiang tengah dan dua di tiang belakang. Itu menggambarkan tujuh ayat surat Alfatihah,” ungkap Fadel.
Karena nenek moyang kami seorang pelaut, dimana dikatakan seperti ini (mengucapkan bahasa bugis), sekali layar berkembang, kemudi telah dipasang, pantang hidup pulang ke pesisir.
Sebagai tempat lahir kapal PINISI ini ada di kabupaten Bulukumba. Kita beri pesan, yang hanyut kita tolong, yang tenggelam di tolong.
Karena kita bisa berdiri atau membuat dari satu kapal tahun 2019 lalu sehingga hari ini di tahun 2025, sudah ada delapan kapal lahir karena kapal paling pertama kami dengan nama PINISI Pusaka Indonesia.
Kapal PINISI yang kita naiki ini merupakan kapal modifikasi PINISI Lambo. Ada dua kapal PINISI, satunya PINISI Palari. Itulah kapal PALARI yang 80 persen menyerupai PINISI yang asli.
Tipikalnya adalah ketika kita berlayar menggunakan PALARI kita menyedot ombak. Kalau kita naik kapal ini kita miring kiri, miring kanan. Dan paling kuatnya adalah, kalau PALARI bagian depannya lancip dan belakang lancip. Kalau kapal ini bagian depan lancip bagian belakang buntut.
Terakhir, kami sampaikan bahwa perusahaan kami, atau bapak ibu yang hadir dan naik diatas kapal PINISI malam ini, secara tidak langsung sudah bersedekah. Karena sebagian benefit atau keuntungan yang kita terima disetiap perjalanan ini, kita salurkan di hari Jumat Pagi.
Kita bawa gratis anak jalanan, disabilitas, anak panti asuhan, berlayar ke pulau Samalona. Kenapa ke pulau Samalona, karena pemerintah membangun masjid disana namun sangat disayangkan, sangat jarang dipakai beribadah.
Maka kami diamanahi dengan kapal sebesar ini, kami bawa sekitar 30-50 anak-anak untuk berlibur sambil beribadah di pulau tersebut.
Dan yang kedua adalah untuk memotong omongan orang bahwa yang bisa naik kapal PINISI hanya kalangan menegah keatas. Kami ingin seluruh elemen masyarakat bisa menikmati penjamuan kami diatas kapal PINISI ini.
Dan yang terakhir untuk membahagiakan anak-anak tersebut. Tabe, tanpa bermaksud apa-apa dan mendahului apapaun, kami telah menjamu sampai presiden Ke-7 dan Wakil presiden ke-8.
Ini bukan karena kami hebat, tetapi kami sebuah tim yang selalu mendahulukan adda kako nung kamase-mase, abmeangko nu kamase-mase, accidungko mase-mase. Artinya, duduk berbicara secara sederhana. Dimanapun kita peduli sama orang, Insya Allah selamat KI.zal






