Deputi Kepala Perwakilan BI Mencatat, Capaian Realisasi Investasi Sulteng Terbesar Ketiga Secara Nasional

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah Miftachul Choir (tengah), dalam penjelasannya terkait dengan pertumbuhan ekonomi di Sulteng. FOTO: Mohammad Rizal/Filesulawesi.com

PALU, FILESULAWESI.COM – Panitia Pelaksana dari penyelenggara kegiatan, Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Tengah, menggelar bincang akhir tahun 2025 dengan mengangkat topik utama “Mengurai Benang Kusut Investasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Sulawesi Tengah, dengan mengangkat tema Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan”.

BACA JUGA: Pemrov Sulteng Berpeluang Raih Universal Health Coverage Award 2025

Kegiatan yang digelar di Hotel Paramasu, jalan Domba, Kota Palu, Kamis (27/11/2025), melibatkan empat narasumber/pemateri sesuai dengan keahliannya di bidang-masing.

BACA JUGA: Gandeng BPKP, Pemrov Sulteng Komitmen Wujudkan Pemerintah Akuntabel dan Transparan

Dari akademik Universtitas Tadulako (UNTAD) PALU, ada Guru Besar Ekonomi Prof. Moh. Ahlis Djirimu. Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah Miftachul Choir. Sementara dari Pemerintah Provinsi Sulteng, diwakili oleh Teguh Ananta, perwakilan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP). Terakhir, narasumber dari pengusaha, ada Ketua DPD APINDO Sulteng, Wijaya Chandra.

Selain itu, panitia pelaksana juga melibatkan peserta kegiatan berasal dari insan pers dengan berbagai latar perusahaan media lokal di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah Miftachul Choir, dalam penjelasannya menguraikan, Ekonomi nasional triwulan III 2025 tumbuh sebesar 5,04% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 sebesar 5,12% (yoy).

Sejalan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan Sulawesi Tengah juga melambat dari 7,95% (yoy) pada tiwulan II menjadi 7,79% (yoy) pada triwulan III 2025.

“Ekonomi Indonesia pada triwulan III 2025 tumbuh 5,04% (yoy), ditopang oleh kinerja ekspor yang tetap baik serta konsumsi Pemerintah yang meningkat seiring percepatan belanja Pemerintah. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tercatat di wilayah  Jawa dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua),” kata Miftachul Choir kepada redaksi Filesulawesi.com.

Adapun pertumbuhan ini utamanya bersumber pada LU Industri Pengolahan, Pertambangan, Pertanian, dan Perdagangan yang mengalami akselerasi pada triwulan III 2025.

“Andil pertumbuhan ekonomi Sulteng diantaranya dari Industri Pengolahan 5,20 persen, Pertambangan 1,13 persen, pertanian 0,64 persen, lainnya 0,45 persen, perdagangan 0,30 persen, Konstruksi 0,20 persen, informasi dan komunikasi 0,20 persen serta administrasi pemerintahan 0,28 persen,” bebernya.

Selanjutnya, sambung Miftachul Choir, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi merupakan komponen terbesar dalam perekonomian Sulteng sisi pengeluaran dengan porsi sebesar (41,54%). Pada Triwulan III 2025, realisasi investasi Sulawesi Tengah sebesar Rp33,4 triliun.

Capaian realisasi investasi Sulawesi Tengah terbesar ketiga secara nasional (6,18%), di bawah Jawa Barat (Rp77,1 triliun) dan DKI Jakarta (Rp63,3 triliun).

Mayoritas Investasi di Sulawesi Tengah ada di bidang Hilirisasi, khususnya industri pengolahan logam dasar, berbasis nikel yang padat modal, yaitu sebesar 85,92% dari dari realisasi investasi di Sulawesi Tengah pada triwulan III 2025.

Selain itu, ia juga menjelaskan sekaitan dengan resiko ketergantungan pada sektor padat modal. Dominasi sektor padat modal seperti industri nikel pada porsi perekonomian Sulawesi Tengah memberikan beberapa risiko.

Pertama, Ketergantungan terhadap satu sektor perekonomian utama dapat menyebabkan perekonomian kurang berdaya tahan dan rawan terpengaruh terhadap dinamika eksternal. Dalam hal Sulawesi Tengah, utamanya dapat terpengaruh oleh kondisi mitra dagang utama (Tiongkok).

Kedua, kinerja perekonomian yang telah tumbuh tinggi pada tahun-tahun sebelumnya menyebabkan ruang akselerasi pertumbuhan menjadi semakin terbatas. Untuk tetap mendorong pertumbuhan, dibutuhkan sumber pertumbuhan baru diluar sektor dominan.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang ditopang sektor padat modal cenderung menghasilkan trickle-down effect yang terbatas, tercermin dari penurunan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan yang relatif lambat. Sumber ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan perlu terus didorong untuk meningkatkan pembangunan manusia.

Trickle-down effect adalah konsep ekonomi yang menyatakan bahwa manfaat dari kebijakan yang menguntungkan kelompok kaya atau pemilik modal, seperti pemotongan pajak dan insentif investasi, akan “menetes ke bawah” dan secara bertahap memberikan manfaat kepada seluruh lapisan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.zal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *