PALU, FILESULAWESI.COM – Wakil Gubernur Provinsi Sulteng, dr. Reny A. Lamadjido, menyatakan optimis inflasi Sulteng akan terkendali sesuai target nasional, tidak lebih dari 3,5%. Hal ini disampaikan pada Rapat Pengendalian Inflasi Daerah di ruang polibu, Selasa sore (14/10/2025).
BACA JUGA: Hari Ini Digelar Sertijab, Darmiati Sah Ketua KPU Sulteng Periode 2025-2028
Rapat diikuti Sekprov Dra. Novalina, Kepala Perwakilan BI Irfan Sukarna, BPS, Bulog, Perangkat Daerah beserta distributor dan pedagang beras dari sejumlah pasar di kota Palu.
BACA JUGA: Komnas HAM dan Dinas Pendidikan Sulteng Bahas Kasus Viral dan Program Berani Cerdas
Berdasarkan data BPS, inflasi Sulteng September 2025 berada pada 3,88 %, lebih rendah dari Agustus 2025 sebesar 4,02%.
Walau sudah turun tapi angkanya masih di atas target nasional, karena itu wagub kembali menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergitas multipihak sebagai kunci utama pengendalian inflasi.
“Sudah lebih bagus daripada Agustus tapi (September) kita masih masuk 5 besar nasional,” ungkapnya.
Fokus utama tertuju pada beras yang jadi langganan penyumbang kenaikan inflasi Sulteng belakangan ini.
Apalagi jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), wagub memprediksi komoditi lain seperti telur ayam akan ikut memicu inflasi selain beras.
Hal ini urainya, disebabkan kenaikan permintaan telur ayam sebagai bahan baku kue-kue khas Nataru.
Terkait dengan komoditi beras, Kepala Perwakilan BI Irfan Sukarna mengungkapkan anomali bahwa Sulteng sebagai daerah produsen beras yang surplus justru kesulitan mengendalikan harga komoditi ini di tingkat lokal.
Pasokan beras Sulteng yang banyak dialirkan ke daerah-daerah lain seperti Gorontalo, Sulawesi Utara hingga ke Maluku Utara adalah muara masalah yang harus cepat diatasi.
Olehnya itu, kebijakan dari kepala daerah untuk sementara waktu membatasi pengiriman beras secara masif ke luar wilayah Sulteng mesti dilakukan.
Langkah ini diyakini dapat meredam gejolak harga di pasar domestik, khususnya jelang momen Nataru.
“Oktober ini masa panen, tinggal dijaga (beras Sulteng) jangan sampai banyak keluar daerah,” sarannya.
Selain itu, direkomendasikan pula langkah-langkah strategis seperti peningkatan frekuensi sidak pasar, pelaksanaan gerakan pangan murah/pasar murah, penguatan data neraca pangan serta koordinasi yang lebih intens antarpihak.
Menanggapi usulan ini, Wagub Reny akan mengagendakan rapat lanjutan dengan 4 pemerintah kabupaten/kota yang jadi indikator perhitungan inflasi Sulteng yakni Kota Palu, Kabupaten Banggai, Morowali dan Tolitoli.
“Semoga akhir tahun tidak ada kenaikan tajam,” responnya menegaskan.(***)