PALU, FILESULAWESI.COM – Ketua Harian Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Provinsi Sulawesi Tengah, Yusri, S.Pd, M.Pd, menggelar kegiatan seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN). Salah satu program pemerintah lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemempora) RI. Program ini berlangsung setiap tahun. Program Indonesia Australia (AIYEP), dan Indonesia Asean Jepang.
BACA JUGA: Sharon Olivia Engel Monar, Siswi SMPN 1 Palu Borong 8 Medali Kejuprov Renang
AIYEP merupakan program tahunan yang mempromosikan hubungan antara pemuda Australia dan Indonesia melalui pertukaran sosial, profesional, dan budaya. Para peserta mengembangkan keterampilan antarbudaya dan jaringan internasional mereka melalui kegiatan magang, pelatihan bahasa, lokakarya akademis, dan kegiatan budaya.
Ketua Harian PCMI Sulteng, Yusri, menyampaikan, tahapan seleksi telah diikuti oleh 25 orang pemuda-pemudi calon PPAN (khusus program Indonesia Australia dan Indonesia Jepang).
BACA JUGA: Apel Pagi di SMPN 1 Palu Diubah dengan Beragam Kegiatan Positif
Tahapan uji tes tulisan (pengetahuan umum dan pengetahuan lokal) telah dilaksanakan kemarin. Hari ini, ujian seleksi tesnya sekaitan dengan mempersentasekan tentang apa yang sudah mereka lakukan sebagai pemuda. Misalnya, mereka aktif di Organisasi mahasiswa, apa yang mereka sudah perbuat, apa mereka sudah lakukan. Mereka persentase di depan tim serta penampilan budaya.
“Program ini berbeda visi dan misi secara khsusus. Kenapa, karena masing-masing program itu disesuaikan dengan tujuan dari program yang ditentukan oleh Negara yang mendonasi. Misalnya, Indonesia Jepang, itu didonasi oleh Jepang dan mereka punya target khusus untuk kemana arah tujuan dari pencapaian program ini. Kalau Indonesia Australia, sponsor terbesar adalah Australia dan yang menjadi visi disitu adalah selain ada penguatan antar pemuda juga memberikan pengalaman terhadap pemuda sekaitan dengan lapangan kerja,” ungkap Yusri kepada Filesulawesi.com, Kamis (15/5/2025) siang.
“Program Australia salah satunya bagaimana meningkatkan kompetensi dan meningkatkan pengalaman pemuda-pemudi Indonesia maupun Australia, terkait dengan lapangan kerja berdasarkan latar belakang dari pendidikannya. Khusus di Sulawesi Tengah, ada dua program yang diberikan oleh Kemenpora yakni program Australia dan Jepang. Sudah ditentukan untuk program ke Jepang satu orang (laki-laki), dan program Australia (satu orang perempuan),” urai Yusri.
“Program antar pemuda ini berbasis Budaya, bahasa Inggris sebagai bahasa pelengkap, bukan jadi utama. Intinya bagaimana mempererat hubungan antara pemuda Indonesia-Australia, diskusi kultur, atau budaya. Syaratnya usia maksimal 25 tahun untuk program ke Australia dan usia 30 tahun ke Jepang,” urai Yusri kembali.
Ia mengharapkan, para pemuda-pemudi yang mewakili Sulawesi Tengah nantinya di ajang program PPAN, baik di Australia-Jepang, tentu banyak mendapatkan tantangan. Dan itu sangat dibutuhkan para pemuda yang sangat tangguh.
“Setelah seleksi hari ini, bagi yang dinyatakan lulus, masing-masing satu orang perwakilan untuk Australia dan Jepang, kita kirim ke Jakarta,” jelasnya.
Kemudian Yusri kemukakan, bahwa program PPAN salah satu kesempatan terbaik bagi pemuda-pemudi di Sulawesi Tengah masih sangat kurang diminati.
Terbukti kata dia, dari dua program PPAN yang ditawarkan, hanya 25 orang lulus berkas dan mengikuti seleksi. Sementara diluar daerah Sulawesi Tengah, satu program PPAN bisa diikuti oleh 80 pendaftar dari pemuda dan pemudi.
“Sayangnya, banyak pemuda di Sulawesi Tengah dengan adanya seleksi ini, nyatanya banyak yang tidak mendaftar. Saya beranggapan secara pribadi, para pemuda-pemudi belum terlalu siap untuk menerima dan menghadapi tantangan. Apalagi ini berbaur bahasa Inggris, akan tetapi sesungguhnya bahasa Inggris tahun 2000 itu bukan menjadi bahasa asing, sudah menjadi bahasa keseharian. Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa konsumsi bagi anak-anak. Tetapi masih banyak pemuda dan pemudia yang antipati dan tidak berpartisipasi dalam mengikuti ajang seleksi dari program PPAN,” pungkasnya.zal