Catatan Exspedisi Jurnalis di Tiga Lembah Negeri Seribu Megalit Sulawesi Tengah

Tim Ekspedisi Jurnali, Heri Susanto, paparkan secara umum hasil ekspedisi teman-teman jurnalis di lembah negeri seribu megalit. FOTO : Mohammad Rizal/FileSulawesi.com

PALU, FILESULAWESI.COM – Ribuan tahun yang lalu saat peradaban mencari bentuknya di jantung Sulawesi, orang-orang pra sejarah mulai mengekpresikan diri dengan sebuah kebudayaan Megalitikum yang megah, anggun dan kental dengan identitas dari sebuah negeri .

Kebanyakan mereka mengenalnya dari Arca, Kalamba, Menir, Domen, Lumpang, dan ribuan peninggalan pra sejarah lainnya yang kini berserakan di lembah-lembah di Tengah Sulawesi.

Bacaan Lainnya
IMG-20240816-WA0223-1

Peninggalan tinggi dari ilmu pengetahuan dan sejarah peradaban manusia awal. Merupakan cikal bakal awal yang menyebar kemana-mana.

Maha karya sebuah peradaban tersebut tersembunyi di lembah sunyi yakni di Tampo dan Lore, kabupaten Poso.

“Kita lihat kemana semua mata dan telinga tidak ada, kenapa juga bibir tidak ada, ada apa dengan makna dari itu,” urai Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdy Mastura, dalam mengawali catatan Ekspedisi bagi teman-teman Jurnalis dilokasi belum lama ini.

Gubernur Sulawesi Tengah pun menekankan, bahwa keberadaan Megalit, merupakan bagian dari kepemilikan seluruh wilayah yang ada di Sulawesi Tengah. Bukan hanya disandarkan di wilayah kabupaten Poso saja.

“Yang kita ingin supaya mengalit ini menjadi bagian dari kita semua. Dalam hal ini, bupati-bupati merasakan masuk dalam bahagiaannya, bukan hanya di Poso saja, tetapi semuanya merupakan bagian dari Sulawesi Tengah. Bahwa kita, Sulawesi Tengah, pernah punya peradaban,” ungkap Gubernur Sulawesi Tengah.

Sementara itu, Heri Susanto, tim dari Ekspedisi Jurnalis, menyampaikan kepada awak media yang hadir dalam kegiatan dialog publik “Sulawesi Tengah Negeri Seribu Megalit, dengan mengangkat tema Menjelajah Keajaiban Menelusuri Sejuta Cerita Batu Bersejarah” di salah satu kafe yang ada di kota Palu, Sabtu (2/12/2023) malam, bahwa gagasan ekspedisi Jurnalis berangkat dari hasil diskusi dengan seluruh pihak terkait.

Kemudian ia menjelaskan, ada beberapa poin penting termuat dari hasil rangkuman secara umum oleh teman-teman Jurnalis, selama berada di lembah Megalit tersebut.

Pertama-tama ialah soal Tujuan yang termuat dalam kondisi peninggalan megalitikum dan keunikanya, kebermanfaatan terhadap masyarakat, pengelolaan berkelanjutan, urgensi penetapan menjadi warisan dunia, serta nilai penting, ancaman, dan skema pelestarian.

“Makna Megalit Bagi Warga? Ada Entitas wilayah, ada kebanggan dan simbol kejayaan,” sebut Heri dengan tetap menggunakan metode pengambilan video, foto, data, dokumen dan wawancara warga.

“Kata mereka usai pencanangan? Menguatkan Pengelolaan, Pelibatan Masyarakat, Dampak Ekonomi dan terakhir Akses Jalan yang lebih baik. Sementara itu, untuk Tantangan dan Harapan termuat dalam Mengatasi Gap Pengetahuan, Upaya Pelestarian Wisata Berimbang serta publikasi yang masif dan merata,” harapnya.

Dialog Publik yang diselenggarakan Dinas Komunikasi, Informasi, Persandian dan Statistik (Diskominfosantik) Provinsi Sulawesi Tengah, turut dihadiri Kepala Diskominfosantik Sulawesi Tengah Sudaryano R. Lamangkona, narasumber Dosen Antropologi Fisip Untad Palu Dr. Muhammad Marzuki, M.Si, serta narasumber Kepala Bidang (Kabid) Pelestarian dan Perlindungan Dinas Kebudayaan Sulawesi Tengah, Arkeolog, Ikhsan.zal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *