PALU, FILESULAWESI.COM – Sebelum terjadinya bencana alam berupa gempa, likuifaksi dan tsunami 28 September 2018 lalu, wilayah kawasan sepanjang pantai Talise, kota Palu, merupakan salah satu kawasan dimana tempat titik kumpulnya masyarakat kota Palu dan sekitarnya, setelah menyelesaikan pekerjaan di kantor.
BACA JUGA: Sekkot Palu Minta Perusahaan Galian C Watusampu Bertanggung Jawab Terhadap Bencana Banjir
Banyak hal yang bisa dijumpai ketika itu, ada pelaku usaha atau PKL yang menjajakkan dagangannya sepanjang pantai Talise, pedagang mainan ikut meramaikan dan menjual barang dagangannya disana, pentas hiburan, serta setiap sore menjelang malam hari, masyarakat kota Palu sering berkunjung, bercanda ria bersama kawan, sahabat, ataupun dari keluarganya sendiri.
Lalu, aktivitas ekonomi, kegiatan ekonomi, tempat berkumpulnya masyarakat kota Palu yang pernah ada di patung kuda misalnya, saat ini nantinya, setelah penyelesaian pekerjaan jalan sepanjang kawasan pantai Talise, yang dikerja oleh BPJN Wilayah II Palu, tak ada lagi keramaian seperti yang pernah ada, sebelum bencana alam 28 September 2018.
Hal ini diketahui dan dibenarkan Kasatker BPJN Wilayah II palu Dr. Yudha Sandyutama, ST, MT, kepada awak media ini, saat ditemui di kantor DPRD Sulteng, setelah menyelesaikan agenda RDP bersama kumpulan masyarakat nelayan Talise dan Guru SMK Negeri 7 Palu, Selasa (3/9/2024) siang.
“Akses hanya untuk nelayan, sepeda,” urainya kepada FileSulawesi.com.
“Sekarang tidak ada lagi tempat-tempat kumpul lagi disitu, dengan alasan kalau terjadi lagi tsunami, bagaimana. Dan itu juga jalan bebas hambatan, tidak ada pejalan kaki, orang jogging tidak boleh, kalau jalan sudah jadi. Makanya itu hanya akses untuk nelayan kita buat,” katanya menambahkan.
Termasuk lanjut Yudha, bahwa tidak diperkenankan kawasan pantai Talise Palu, ada Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan.zal
