Pencipta Lagu Jingle-Maskot Pilwalkot Palu Tahun 2024

Pencita maskot Pilwalkot Palu tahun 2024, Muhammad, menyampaikan alasan menggunakan maskot kepada FGD yang digelar oleh KPU Kota Palu, Sabtu (20/4/2024) malam. FOTO : Mohammad Rizal/FileSulawesi.com

PALU, FILESULAWESI.COM – Ayo Memilih Untuk Palu, merupakan judul lagu dari Jingle yang diciptakan oleh Jafar Sidik Makulau, direncanakan akan dijadikan sebagai launching resmi dari Pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Palu tahun 2024.

Meskipun masih menunggu hasil finalisasi sang pencipta lagu jingle, karena dari hasil Forum Grup Discussion (FGD) yang digelar KPU Kota Palu, Sabtu (20/4/2024) malam, menerima masukan dan saran dari seluruh pihak atas perbaikan dari judul, lirik, serta nada yang akan diperbaiki, namun tentunya hal ini telah dieksplorasi sebagai bagian dari yang digunakan nantinya untuk Pilwalkot Palu tahun 2024.

Bacaan Lainnya
IMG-20240816-WA0223-1

Adapun lirik dari judul lagu jingle Pilwalkot Palu Tahun 2024, sebagaimana dihimpun oleh awak media ini, yakni dengan Judul Ayo Memilih Untuk Palu.

Ee warga kota Palu

Kini tiba saatnya tuk memilih

Memilih Pemimpin kita

Calon Walikota serta wakilnya

Kita pernah berbeda dalam sebuah pilihan

Kini saatnya Kita bergandengan tangan…

Brigade

Sukseskan Pilkada

** REFF

Ee rayakan persta demokrasi/Rayakanlah pesta demokrasi

Rame-rame kita pi ba pilih

Calon walikota nte wakelena

Secara langsung umum bebas rahasia

Jujur adil tuk kota Palu

“Nemo Rakalingasi…Rabu, 17 November 2024 kita hau ri TPS Mompelisi”

Kini saatnya kita bersatu

Back to **

Demi Masa depan

Kota Palu

Sementara itu, pencipta karya maskot Pilkada tahun 2024, Muhammad menjelaskan bahwa desain maskot, merupakan sebuah ilustrasi karakter pemuda dan pemudi suku Kaili. Dimana dalam panggilannya dikenal dengan nama Yodjo dan Dei.

Maskot tersebut, menggambarkan dua sosok anak muda suku Kaili yang mengenakan pakaian adat tradisional.

“Yodjo dan Dei merupakan sebutan atau panggilan kesayangan untuk anak laki-laki dan perempuan dari suku Kaili Ledo. Panggilan ini menunjukan rasa kasih sayang dan penghargaan orang tua untuk anak-anaknya,” terang Muhammad.

Menurutnya, pemuda yang mewakili Yodjo, digambarkan sebagai sosok yang jujur, tangguh dan bersemangat. Dengan postur tubuh yang tegap dan ekspresi wajah penuh semangat, mengenakan pakaian adat Kaili, dengan khas hiasan dan aksesori tradisional.

Pemuda Yodjo digambarkan menggunakan ikat kepala tradisional khas suku Kaili. Ia mengenakan busana berwarna hitam yang merupakan pakaian adat, dan selempang sarung. Di tangan kanannya memegang paku menunjukan kekuatan dan ketangguhan.

Di jari kelingking tangan kirinya, terdapat tanda tinta yang melambangkan partisipasinya dalam proses pemilihan. Ekseperi wajahnya penuh semangat dan percaya diri. Menunjukan keterlibatan dan komitmen dalam proses demokrasi.

Sementara pemudi (Dei), digambarkan dengan keanggunan dan kelembutan. Dengan menggunakan busana adat yang indah. Dengan detail khas suku Kaili yang memperkuat identitas budaya.

Pemudi ini digambarkan menggunakan Sampolu atau sejenis kerudung berwarna merah dengan les kuning.

Dei menggunakan busana dan sarung berwarna kuning, pertanda berpikir bijak penuh hikmah, serta mencerminkan kemuliaan, keanggunan, dan keindahan tardisional suku Kaili. Di dadanya disematkan kalung emas (Taiganja) yang melambangkan kesuburan.

Di kelingking tangan kanannya, terdapat tanda bekas tinta. Menunjukan partisipasinya dalam pemilihan daerah. Tangan kirinya memegang surat suara, menunjukan komitmen dan keterlibatan dalam proses pemilihan.

Keduanya berdiri berdampingan dengan penuh kebanggaan dan rasa persaudaraan. Menunjukan keterlibatan Meraka dalam proses demokrasi dan pembangunan daerah.

Warna yang digunakan lanjut Muhammad, mencerminkan kekayaan budaya dan alam Sulawesi Tengah. Sementara detail-detail seperti ikat kepala, Sampolu dan pakaian adat lainnya, memperkuat identitas budaya suku Kaili.

Ilustrasi tersebut, menyampaikan pesan tentang pentingnya keterlibatan kawula muda dalam proses demokrasi lokal, dengan tetap menghormati dan memperkuat warisan budaya dan adat tradisi lokal.

“Secara keseluruhan, maskot ini menggambarkan semangat kebanggan dan kebersamaan pemuda dan pemudi suku Kaili dalam mengikuti proses pemilihan kepala daerah, sambil memperkuat identitas dan kebudayaan mereka sebagai bagian integral dari Kota Palu,” jelas Muhammad.

Dalam sesi Focus Grup Discussion, peserta kegiatan memberikan saran maupun tanggapan terkait desain maskot Pilkada. Diantaranya warna busana yang dikenakan oleh pemudi (Dei) dan beberapa saran untuk perubahan maskot. Seperti menghilangkan huruf D dalam pengunaan nama Yodjo.zal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *