PALU, FILESULAWESI.COM – Salah satu nama kandidat kuat dalam persaingan bursa Pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota Palu pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2024, tahun ini ialah ada nama M Ridha Saleh.
M Ridha Saleh sendiri diketahui hari ini, merupakan salah satu dari Tim Ahli Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdy Mastura, membidangi Kemasyarakatan, Antar Lembaga dan Hak Asasi Manusia.
M Ridha Saleh merupakan kader dari Partai Nasdem, pimpinan besutan dari Ketua DPW Nasdem Sulteng Nilam Sari Lawira.
Lalu, bagaimana tanggapan M Ridha Saleh, terkait dengan rekomendasi dari partai Nasdem untuk maju sebagai Pilwalkot Palu. Apa program yang ditawarkan dalam rangka membangun peradaban kota Palu yang berbudaya, lebih baik lagi di era kepemimpinannya, jika nanti diberi amanah oleh warga kota Palu pada periode 2024-2029.
Kepada awak media, dikediaman-nya, Jumat (12/4/2024) malam, M. Ridha Saleh, menawarkan berbagai program nyata dalam membangun, memajukan kota Palu melalui berbagai tawaran visi-misinya.
Ia mengatakan, secara psikis, secara intelektual, finansial, lahir dan bathin, telah siap untuk maju dalam pertarungan Pilwalkot Palu periode tahun 2024-2029.
“Secara psikis, secara intelektual, finansial, saya siap maju ke Pilwalkot, saya sudah belajar tentang kota. Kota ini tidak rumit tapi tidak mudah untuk membangun kota ini,” urainya kepada FileSulawesi.com, mengawali pembicaraannya kepada beberapa awak media.
“Faktor penting dalam membangun kota adalah membangun kulture atau membentuk budaya dalam peradaban kota. Kita sudah punya konsep tentang itu,” katanya menambahkan.
Menurutnya, hal ini tentu dimulai dari desentralisasi dalam pengelolaan sampah, pemberdayaan padat karya (mengunakan istilah saya, sebagai retrasinsisi padat karya), resisi development serta ekonomi sekuler.
“Banyak orang pintar tapi untuk membangun budaya kota itu sangat sulit. Kalau ingin mau merubah kota ini harus menjadi nomor satu. Saya harus membenahi lagi terkait dengan system dari pengelolaan sampah atau kebersihan, dalam hal ini mekanismen atau sistemnya yang harus kita ubah,” katanya.
“Menurut saya kita harus apresiasi terkait dengan penerimaan ADIPURA. Menurutku, ADIPURA itu bukan simbol dari budaya bersih, itu sebagai simbol fisik dari kota bersih. Dia tidak pernah memberikan nilai terhadap budaya orang. Saya mau tanya, pertisipasi masyarakat dalam membersihan sampah di kota Palu ini apakah sudah berdasarkan hati, keikhlasan atau masih berkutat terhadap pengenaan retribusi,” kata M Ridha Saleh lagi.
Menurutnya, bangun kesadaran warga terhadap pengelolaan sampah bukan karena berdasarkan pengenaan retribusi namun karena berdasarkan keikhlasan nyata yang diberikan warga dalam menjaga kebersihan itu sendiri.
“Jadi, retribusi ini sebenarnya tidak memberikan kesadaran kepada masyarakat terhadap budaya menjaga kebersihan masyarakat. Kita kalau ke kota-kota besar, mereka sudah takut, sadar kalau membuang sampah di sembarangan tempat. Ini yang kita mau, apa yang kita ubah adalah sistemnya,” sebutnya.
Misalnya, lanjut dia, sampah itu merupakan manfaat, sampah itu harus dijadikan manfaat. Jadi, makanya sampah itu harus kita olah, bukan malah dibuang.
Bagaimana cara mengelola sampah tentu dibuat sistemnya. Salah satunya ialah desentralisasi pengelolaan sampah. Jadi, kelurahan-kelurahan itu harus memiliki bank sampah. Salah satunya, tidak ada sampah yang dibuang langsung ke TPA. Namun diolah dulu, nanti ada yang tidak bisa diolah baru dibawah ke TPA.
“Memang ini ada kaitannya dengan anggaran. Makanya, kedepan kita harus alokasikan anggaran yang cukup, bagi pengelolaan sampah. Jadi, isitilahnya kita sudah tidak lagi membenani melalui retribusi akan tetapi tetap kita minta partisipasi masyarakat bukan retribusinya. Saya tidak minta kepada masyarakat, tetapi kelurahan yang berinovasi dalam membangun satu mekanisme komunal di dalam kelurahan itu untuk memanfaatkan sampah,” jelas M Ridha Saleh.
Sekali-lagi ia tegaskan, terkait dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tentu ada pemangkunya. Ada rekomendasi dari partai kepada siapa kandidat atau calon yang diusungnya nanti, inilah yang sementara ditunggu.
Tentu, rekomendasi dari partai berdasarkan dari hasil survei internal maupun survei independen terhadap elektabilitas dari masing-masing calon atau kandidat yang bakal diusung.
“Kita mau tidak mau harus mendapatkan rekomendasi dari partai. Saya sekarang ini sedang menunggu rekomendasi. Kalau untuk siap mendaftar, Insya Allah pada saatnya saya akan mendaftar dengan menyampaikan visi-misi saya, secara lahir bathin saya sudah tidak ada masalah. Saya sudah mengerti dalam menyelesaikan permasalahan kota, membangun kota, membangun sosial religius dengan masyarakat. Insya Allah, saya telah memahami permasalahan kota ini,” tutup Ridha Saleh.zal