PALU, FILESULAWESI.COM – Prosesi pelaksanaan Ibadah Pemakaman Almarhum Kadar Wiratno, warga kota Palu korban Gigitan Buaya di Pantai Talise (Kampung Nelayan), yang dihadiri oleh ratusan pelayat termasuk Anggota DPRD Kabupaten/Kota, Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tengah serta turut hadir Anggota DPRD Kota Palu, Zet Pakan.
BACA JUGA: Aksi Al-Quds di Kota Palu: BARA Palestina Serukan Boikot Produk Terafiliasi Israel
Anggota DPRD Kota Palu Zet Pakan, S.Sos, dari Fraksi PDI-Perjuangan dan juga sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI-Perjuangan Kota Palu, mengatakan, keluarga besar PDI Perjuangan merasakan duka yang mendalam atas meninggalnya Almarhum Kadar Wiratno, semoga Amal Ibadahnya dapat diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa.
BACA JUGA:
BACA JUGA: PB Alkhairaat: Usulan Pahlawan Nasional Guru Tua oleh Lima Gubernur
Zet Pakan juga menyarankan kepada Pemerintah Kota Palu untuk mencari solusi alternatif, agar tidak terulang kembali peristiwa penerkaman buaya di Pantai Talise (Kampung Nelayan), di Kota Palu.
Ungkapan tersebut disampaikan Zet Pakan, setelah menyelesaikan ibadah pemakaman dan pelepasan Almarhum Kadar Wiratno, warga Toraja, Minggu (30/3/2025).
Zet Pakan sampaikan, saat mengikuti ibadah pemakaman dan pelepasan almarhum Kadar Wiratno, ada beberapa poin penting dari hikmah yang disampaikan oleh Dr. Ir. Kristian Seleng, MM, Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Provinsi Sulawesi Tengah dan juga sebagai Dosen Universitas Tadulako (Untad) Palu.
Dari paparan Dr. Ir. Kristian Seleng, MM, lanjut Zet Pakan, bahwa ia menegaskan untuk hilangkan logika kalau di Pantai Talise bukan lagi sebagai tempat untuk terapi kesehatan, terapi air laut.
Hal ini sebagaimana yang telah disaksikan bersama-sama, justru disana adalah tempat yang berbahaya. Dr Kristian juga berpesan, semoga dengan peristiwa yang terjadi tragis kepada almarhum Kadar Wiratno, menjadi peristiwa yang terakhir atas gigitan buaya yang ada di Pantai Talise, kota Palu.
“Yang saya catat dari pembicara Dr. Ir. Kristian, saya sebagai Anggota DPRD Kota Palu senada dengan bapak Krsitian, bahwa Pantai Talise bukan lagi sebagai tempat untuk menjadi pilihan masyarakat kota Palu, karena disana adalah tempat yang sangat berbahaya, yang dihuni oleh mungkin ada ratusan buaya yang berbahaya, yang tinggal karena buaya tersebut sudah lama hidup di pantai, di sungai. Jadi, bisa diperkirakan bagaimana berkembang biaknya,” kata Zet Pakan kepada Filesulawesi.com, Minggu (30/3/2025).
“Pesan saya, menyarankan kepada Pemerintah Kota Palu khususnya Wali Kota Palu Hadianto Rasyid dan Wakil Wali Kota Palu Imelda Liliana Muhidin, serta seluruh dinas terkait, untuk mencari solusi terbaik terkait adanya habitat buaya yang ada di Pantai Talise dan sungai Kalikoa, yang sangat kita cintai ini,” katanya menambahkan.
Menurutnya, Pemerintah Kota Palu eloknya untuk bisa membuat tempat penangkaran buaya di teluk pantai Talise maupun di sekitar sungai Kalikoa.
Penangkaran buaya yang dimaksud bisa diadopsi seperti contoh Penangkaran Buaya di Indonesia Yaitu Taman Buaya Indonesia Jaya di Bekasi. Tempat ini merupakan tempat penangkaran buaya terbesar di Indonesia dan Asia.
Taman Buaya Indonesia Jaya telah berdiri sejak tahun 1990 dan memiliki lebih dari 500 ekor buaya dari berbagai jenis. Selain sebagai tempat penangkaran, taman ini juga berfungsi sebagai tempat budidaya buaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Taman ini juga menawarkan berbagai fasilitas dan kegiatan, seperti melihat buaya makan, melihat perawatan bayi buaya, dan melihat atraksi debus tradisional Bekasi. Pengunjung juga dapat berfoto dengan patung buaya raksasa yang terletak di pintu masuk taman.
“Habitat ini perlu kita buatkan tempat khusus untuk menjadi pemeliharaan, budidaya. Karena apa, kalau kita buatkan penangkaran habibat buaya, bisa akan menjadi keuntungan bagi masyarakat kota Palu. Disatu sisi, mendapat Pendapatan Daerah bisa juga kita gunakan untuk tempat wisata. Seperti halnya yang ada di Bekasi. Disana ada penangkaran pemeliharaan buaya dan sangat diminati oleh warga sekitar, sampai-sampai sudah ada ratusan habitat yang ada disana,” katanya.
“Saya harap, seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa buatlah penangkaran habibat buaya untuk bisa dijadikan tempat pemeliharaan, tempat budidaya. Disatu sisi bisa menguntungkan pemerintah kota Palu, disisi lain juga menjadi tempat hiburan piknik bagi masyarakat kota Palu dan masyarakat luar,” pungkas Zet Pakan.zal